GONCANGAN BUDAYA EKSTERNAL NYAYIAN
TRADISIONAL KABUPATEN MUNA
Sosiologi adalah
fokus kajian pada aspek sosial atau kebersamaan yang banyak diomongkan oleh
masyarakat yang dapat dikonsumsi oleh puplik yang mempelajari tentang interaksi
social, struktur sosial, konflik sosial maupun fenomena-fenomena sosial
lainnya, oleh karena itu sebagai objek pembelajarannya masyarakat dianggap
sebagai wadah maupun petunjuk untuk melakukan penelitian dalam ilmu sosial. dalam
interaksinya manusia terikat oleh berbagai aturan maupun norma yang berfungsi
sebagai penilai maupun alat kontro sosial dalam masyarakat. Menurut soekanto (1990) interaksi sosial
adalah kunci dari semua kehidupan sosial,karena tanpa adanya interaksi sosial
tak akan ada kehidupan bersama, oleh karena itu interaksi sosial adalah dasar
proses-proses sosial yang menunjuk pada hubungan-hubungan sosial yang dinamis.
Berkaitan dengan hal diatas terdapat
banyak sekali perubahan-perubahan sosial yang terjadi di masyarakat salah
satunya pada masyarakat Kabupaten Muna. Menurut Kingsley Davis (1990),
perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi
masyarakat. Sedangkan berdsarkan Teori Siklus mendefenisikan bahwa Perubahan sebagai sesuatu yang berulang-ulang
dan Teori Perkembangan (Linier), Perubahan dapat diarahkan ke suatu titik tujuan
tertentu.Berdasarkan dari banyaknya teori tentang perubahan sosial maka kami
dapat melakukan beberapa tinjauan tentang perubahan sosial di Kabupaten Muna
yang disebabkan oleh faktor internal dan eksternal sehingga menyebabkan adanya
perubahan bahkan pergeseran sosial budaya.
Teradapat banyak contoh perubahan sosial
yang dapat dilihat pada lingkungan masyarakat Kabupaten Muna, salah satunya
yaitu Perubahan Kebiasaan Nyanyian
Tradisional yang dijadikan sebagai sebuah lantunan yang diberikan kepada
anak saat menjelang tidur, memandikan anak-anaknya, maupun istirahat dengan
lirik yang sangat mendalam dan tentunya dinyayikan dalam bahasa muna asli
sebagai suatu karakter yang berbeda. Dengan menggunakan lirik bahasa muna asli
tanpa adanya unsur bahasa serapan dari bahasa Indonesia maupun bahasa asing,
membuat lagu ini memiliki ciri khas dan dengan karakter nada yang berbeda. Namun
setelah terjadinya perubahan sosial yang bersumber dari eksternal dan diputuskan
secara internal kini lantunan lagu tersebut semakin lama semakin menghilang
dalam kebiasaan masyarakat Kabupaten Muna khususnya bagi para ibu rumahtangga.
Lagu tersebut biasanya berisikan harapan bagi orang tua terhadap anaknya
maupun berupa nasihat serta kisah zaman
dahulu yang dinyayikan dalam bentuk sebuah lagu dan dinyayikan dengan lemah
lembut. Namun kini dianggap sebagai lagu yang tidak modern dan kampungan.
“Sungguh ironis
dikala negara-negara asing sedang memamerkan dan berusaha menyebarkan budayanya,
kita justru malu dan acuh akan budaya kita, mungkin… itulah faktor utama penyebab
kikisan budaya kita selama ini ?”
.
Semakin gampangnya peredaran budaya
membuat masyarakat di Indonesia khususnya Kabupaten Muna kini semakin tertekan
akan budaya luar yang seakan menghantui budaya kita. Baik disadari maupun tidak,
kini pikiran kita sedang dirombakan total agar melupakan budaya kita sendiri
dan menganggapnya sebagai budaya yang tidak dapat mengikuti perkembangan zaman.
Dengan pemikiran seperti ini tentunya akan berdampak negatif bagi masyarakat
Muna sendiri yang kemudian budaya lain dapat masuk dan mengganti posisi budaya
masyarakat Muna bahkan mampu menyebar di seluruh Indonesia dalam tatanan kehidupan. “Memang sangat ironis dan saya harap dapat disadari oleh kita semua”.
Kebiasaan seorang ibu pada
masyarakat Kabupaten Muna menyanyikan sebuah lagu dengan lirik harapan dan
kisah merupakan bagian dari metode para ibu untuk meningkatkan pertumbuhan otak
anak dan menguji indra anak mereka. Berdasarkan penelitian bahwa sebuah lagu
yang dilatunkan seorang ibu baik pada saat mengandung maupun menyesui dapat
mempengaruhi karakter dan pola pikir seorang anak dan mampu meningkatkan
perkembangan otak anak dan janin. Apa yang merupakan kebiasaan seorang ibu
masyarakat Muna seharusnya mampu dilestarikan pada zaman sekarang ini selain
berguna bagi perkembangan anak juga berdampak penting bagi kedekatan anak dan
ibu selain itu budaya yang lokal masyarakat Kabupaten Muna dapat dilestarikan
secara turun temurun khususnya bagi seorang ibu.
Ketakutan akan tekanan badaya bukan
hanya mampu masuk dalam tanann kehidupan, namun jaga mampu menggocangkan budaya
kita semua termasuk masyarakat Kabupaten Muna.Tekanan budaya ini bersumber dari
faktor internal dan faktor eksternal sepertri :
1.
Dorongan budaya lain. Negara-negara
besar kini menyebarkan budaya mereka melalui musik yang dianggap mampu masuk
dan berkembang secara mudah pada daerah-daerah lainnya seperti Amerika, Korea, Jepang
Italia, India, dan Negara-negara besar lainnya. Perkenalan budaya ini dapat
berimbas pada perekonomian suatu Negara contohnya Amerika dimana musik
menyumbangkan pendapatan 25% dari pendapatan nasional mereka dengan
mendatangkan banyak turis asing maupun lokal serta melalui penjualan album
mereka dan kini korea telah mengikuti langkah Amerika dan pada kenyataannya hal
tersebut sangat membuahkan hasil yang besar dengan maraknya K-Pop di dunia.
2.
Kurangnya daya saring masyarakat
kabupaten muna dalam penyerapan budaya.
3.
Sangat kurangnya warisan pengetahuan
dari orang tua ke anak karena kurangnya interaksi orang tua dan anak sehingga
merenggangkan hubungan keduanya. Biasanya dikarenakan kesibukan masing-masing
pihak.
4.
Anggapan bahwa budaya merupakan
sesuatu yang tidak penting.
5.
Kurangnya rasa cinta terhadap
budaya.dengan adanya rasa cinta akan budaya maka seseorang akan mau berbuat
kreatif dalam dan inovatif untuk membuat budayanya memjadi lebih banyak ikenal
banyak orang.
6.
Kemajuan teknologi dan modernisasi.
7.
Tekanan
iklim masyarakat. semakin beredarnya budaya luar yang dianggap sebagai budaya
yang bersifat irreversibel dan lebih modern, membuat suatu tekanan iklim bagi
masyarakan pecinta budaya lokal dalam bentuk interaksi sosial seperti hinaan,
pengkucilan, maupun ocehan dari masyarakat lain terutama para remaja, “Biar dibilang gaol gituuu….”.
Tentunya berdasarkan hal di atas
akan membawa dampak yang sangat buruk bagi masyarakat Indonesia khususnya
masyarakat kabupaten muna khususnya bagi interaksi sosial keluarga dan
budaya.berkurangnya interaksi sosial antara anak danorang tua sejak lahir akan
mengurangi naluri ibu dan anak sebagai ikatan yang sangat penting baik dari
segi sikologis maupun agama.dari hal diatas pula akan berpengaruh negatif bagi
budaya yang tentunya mengakibatkan revolusi budaya dan pemusnaan budaya lokal.
Pergeseran budaya nyayian seorang
ibu masyarakat Kabupaten Muna ini termasuk dalam dimensi perubahan
interaksional dan perubahan kultural, dimana goncangan budaya (culture
shock) diakibatkan kemajuan teknologi dan budaya luar.Perubahan ini
merupakan perubahan yang direncanakan bagi negara-negara besar yang menawarkan
kecenderung mementingkan kesenangan lahiriah/dunia sehingga menimbulkan
revolusi budaya yang sangar besar. Sesungguhnya para pendahulu masyarakat muna
telah mempunyai sebuah insting yang kuat akan hal tersebut dan mereka
memberikan sebuah filsafat yang sangat berguna mengatasi hal tersebut dan
menjadi bekal kesejahtraan dan perdamaian masyarakat Kabupaten Muna.Sebuah pegangan
hidup yang berasal dari falsafah besar raja Muna Lakilaponto putra Sugimanuru
yaitu:
“ Hansuru-hansuru badha, sumanomo koemo hasuru
liwu, Hansuru-hansuru liwu, sumanomo koemo hasuru sara, Hansuru-hansuru sara,
sumanomo koemo hasuru adhati,
Hansuru-hansuru adhati, sumanomo notangka agama,”
Yang maksudnya :
“ Hancur-hancur
badan kami asal jangan hancur negeri kami, hancur-hancur negeri kami asal
jangan hancur pemerintahan kami, hancur-hancur pemerintahan kami asal jangan
hancur adat istiadat kami, hancur-hancur adat istiadat kami asalkan agama Islam
tetap tegak berdiri.”
Maka berdasarkan filsafat tersebut
seharusnya masyarakat muna tetap berpeganggan terhadap agamanya dan tetap
menjaga kelestarian budayanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar