Senin, 15 Desember 2014

GONCANGAN BUDAYA EKSTERNAL NYAYIAN TRADISIONAL KABUPATEN MUNA


GONCANGAN BUDAYA EKSTERNAL NYAYIAN TRADISIONAL KABUPATEN MUNA
Sosiologi adalah fokus kajian pada aspek sosial atau kebersamaan yang banyak diomongkan oleh masyarakat yang dapat dikonsumsi oleh puplik yang mempelajari tentang interaksi social, struktur sosial, konflik sosial maupun fenomena-fenomena sosial lainnya, oleh karena itu sebagai objek pembelajarannya masyarakat dianggap sebagai wadah maupun petunjuk untuk melakukan penelitian dalam ilmu sosial. dalam interaksinya manusia terikat oleh berbagai aturan maupun norma yang berfungsi sebagai penilai maupun alat kontro sosial dalam masyarakat. Menurut soekanto (1990) interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial,karena tanpa adanya interaksi sosial tak akan ada kehidupan bersama, oleh karena itu interaksi sosial adalah dasar proses-proses sosial yang menunjuk pada hubungan-hubungan sosial yang dinamis.
            Berkaitan dengan hal diatas terdapat banyak sekali perubahan-perubahan sosial yang terjadi di masyarakat salah satunya pada masyarakat Kabupaten Muna. Menurut Kingsley Davis (1990), perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Sedangkan berdsarkan Teori Siklus mendefenisikan bahwa Perubahan sebagai sesuatu yang berulang-ulang dan Teori Perkembangan (Linier), Perubahan dapat diarahkan ke suatu titik tujuan tertentu.Berdasarkan dari banyaknya teori tentang perubahan sosial maka kami dapat melakukan beberapa tinjauan tentang perubahan sosial di Kabupaten Muna yang disebabkan oleh faktor internal dan eksternal sehingga menyebabkan adanya perubahan bahkan pergeseran sosial budaya.
Teradapat banyak contoh perubahan sosial yang dapat dilihat pada lingkungan masyarakat Kabupaten Muna, salah satunya yaitu Perubahan Kebiasaan Nyanyian Tradisional yang dijadikan sebagai sebuah lantunan yang diberikan kepada anak saat menjelang tidur, memandikan anak-anaknya, maupun istirahat dengan lirik yang sangat mendalam dan tentunya dinyayikan dalam bahasa muna asli sebagai suatu karakter yang berbeda. Dengan menggunakan lirik bahasa muna asli tanpa adanya unsur bahasa serapan dari bahasa Indonesia maupun bahasa asing, membuat lagu ini memiliki ciri khas dan dengan karakter nada yang berbeda. Namun setelah terjadinya perubahan sosial yang bersumber dari eksternal dan diputuskan secara internal kini lantunan lagu tersebut semakin lama semakin menghilang dalam kebiasaan masyarakat Kabupaten Muna khususnya bagi para ibu rumahtangga. Lagu tersebut biasanya berisikan harapan bagi orang tua terhadap anaknya maupun  berupa nasihat serta kisah zaman dahulu yang dinyayikan dalam bentuk sebuah lagu dan dinyayikan dengan lemah lembut. Namun kini dianggap sebagai lagu yang tidak modern dan kampungan.
“Sungguh ironis dikala negara-negara asing sedang memamerkan dan berusaha menyebarkan budayanya, kita justru malu dan acuh akan budaya kita, mungkin… itulah faktor utama penyebab kikisan budaya kita selama ini ?” .
Semakin gampangnya peredaran budaya membuat masyarakat di Indonesia khususnya Kabupaten Muna kini semakin tertekan akan budaya luar yang seakan menghantui budaya kita. Baik disadari maupun tidak, kini pikiran kita sedang dirombakan total agar melupakan budaya kita sendiri dan menganggapnya sebagai budaya yang tidak dapat mengikuti perkembangan zaman. Dengan pemikiran seperti ini tentunya akan berdampak negatif bagi masyarakat Muna sendiri yang kemudian budaya lain dapat masuk dan mengganti posisi budaya masyarakat Muna bahkan mampu menyebar di seluruh Indonesia  dalam tatanan kehidupan. “Memang sangat ironis dan saya harap dapat disadari oleh kita semua”.
Kebiasaan seorang ibu pada masyarakat Kabupaten Muna menyanyikan sebuah lagu dengan lirik harapan dan kisah merupakan bagian dari metode para ibu untuk meningkatkan pertumbuhan otak anak dan menguji indra anak mereka. Berdasarkan penelitian bahwa sebuah lagu yang dilatunkan seorang ibu baik pada saat mengandung maupun menyesui dapat mempengaruhi karakter dan pola pikir seorang anak dan mampu meningkatkan perkembangan otak anak dan janin. Apa yang merupakan kebiasaan seorang ibu masyarakat Muna seharusnya mampu dilestarikan pada zaman sekarang ini selain berguna bagi perkembangan anak juga berdampak penting bagi kedekatan anak dan ibu selain itu budaya yang lokal masyarakat Kabupaten Muna dapat dilestarikan secara turun temurun khususnya bagi seorang ibu.
Ketakutan akan tekanan badaya bukan hanya mampu masuk dalam tanann kehidupan, namun jaga mampu menggocangkan budaya kita semua termasuk masyarakat Kabupaten Muna.Tekanan budaya ini bersumber dari faktor internal dan faktor eksternal sepertri :
1.      Dorongan budaya lain. Negara-negara besar kini menyebarkan budaya mereka melalui musik yang dianggap mampu masuk dan berkembang secara mudah pada daerah-daerah lainnya seperti Amerika, Korea, Jepang Italia, India, dan Negara-negara besar lainnya. Perkenalan budaya ini dapat berimbas pada perekonomian suatu Negara contohnya Amerika dimana musik menyumbangkan pendapatan 25% dari pendapatan nasional mereka dengan mendatangkan banyak turis asing maupun lokal serta melalui penjualan album mereka dan kini korea telah mengikuti langkah Amerika dan pada kenyataannya hal tersebut sangat membuahkan hasil yang besar dengan maraknya K-Pop di dunia.
2.      Kurangnya daya saring masyarakat kabupaten muna dalam penyerapan budaya.
3.      Sangat kurangnya warisan pengetahuan dari orang tua ke anak karena kurangnya interaksi orang tua dan anak sehingga merenggangkan hubungan keduanya. Biasanya dikarenakan kesibukan masing-masing pihak.
4.      Anggapan bahwa budaya merupakan sesuatu yang tidak penting.
5.      Kurangnya rasa cinta terhadap budaya.dengan adanya rasa cinta akan budaya maka seseorang akan mau berbuat kreatif dalam dan inovatif untuk membuat budayanya memjadi lebih banyak ikenal banyak orang.
6.      Kemajuan teknologi dan modernisasi.
7.      Tekanan iklim masyarakat. semakin beredarnya budaya luar yang dianggap sebagai budaya yang bersifat irreversibel dan lebih modern, membuat suatu tekanan iklim bagi masyarakan pecinta budaya lokal dalam bentuk interaksi sosial seperti hinaan, pengkucilan, maupun ocehan dari masyarakat lain terutama para remaja, “Biar dibilang gaol gituuu….”.
Tentunya berdasarkan hal di atas akan membawa dampak yang sangat buruk bagi masyarakat Indonesia khususnya masyarakat kabupaten muna khususnya bagi interaksi sosial keluarga dan budaya.berkurangnya interaksi sosial antara anak danorang tua sejak lahir akan mengurangi naluri ibu dan anak sebagai ikatan yang sangat penting baik dari segi sikologis maupun agama.dari hal diatas pula akan berpengaruh negatif bagi budaya yang tentunya mengakibatkan revolusi budaya dan pemusnaan budaya lokal.
Pergeseran budaya nyayian seorang ibu masyarakat Kabupaten Muna ini termasuk dalam dimensi perubahan interaksional dan perubahan kultural, dimana goncangan budaya (culture shock) diakibatkan kemajuan teknologi dan budaya luar.Perubahan ini merupakan perubahan yang direncanakan bagi negara-negara besar yang menawarkan kecenderung mementingkan kesenangan lahiriah/dunia sehingga menimbulkan revolusi budaya yang sangar besar. Sesungguhnya para pendahulu masyarakat muna telah mempunyai sebuah insting yang kuat akan hal tersebut dan mereka memberikan sebuah filsafat yang sangat berguna mengatasi hal tersebut dan menjadi bekal kesejahtraan dan perdamaian masyarakat Kabupaten Muna.Sebuah pegangan hidup yang berasal dari falsafah besar raja Muna Lakilaponto putra Sugimanuru yaitu:
      Hansuru-hansuru badha, sumanomo koemo hasuru liwu, Hansuru-hansuru liwu, sumanomo koemo hasuru sara, Hansuru-hansuru sara, sumanomo koemo hasuru adhati,  Hansuru-hansuru adhati, sumanomo notangka agama,”
Yang maksudnya :
      “ Hancur-hancur badan kami asal jangan hancur negeri kami, hancur-hancur negeri kami asal jangan hancur pemerintahan kami, hancur-hancur pemerintahan kami asal jangan hancur adat istiadat kami, hancur-hancur adat istiadat kami asalkan agama Islam tetap tegak berdiri.”
Maka berdasarkan filsafat tersebut seharusnya masyarakat muna tetap berpeganggan terhadap agamanya dan tetap menjaga kelestarian budayanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar